Selama pasien diambil sampel swap dan dikeluarkan hasil swap dari Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya, hanya disampaikan secara lisan. Padahal pasien ingin melihat langsung sendiri yang mana dikatakan swap negatif dan positif covid 19.
Hal ini juga diungkapkan salah seorang pasien yang dikatakan positif covid 19, SR bahwa sebagai pasien tentu memiliki hak untuk melihat langsung hasil swap yang telah diperiksa dari BBLK Surabaya. Pasti tiap pemeriksaan memiliki hasil positif atau negatif covid 19. Selama ini tidak pernah diperlihatkan kepada pasien.
“Tes kehamilan saja ada yang bisa dilihat bahwa positif atau negatif, sama seperti tes urin narkoba bisa dilihat sendiri positif atau negatif, ini swap bagaimana bentuknya orang dikatakan positif atau negatif. Perawat atau dokter hanya menyampaikan secara lisan kalau kami ini positif covid 19,” kata SR melalui sambungan telepon seluler.
Seperti 14 pasien yang dipindahkan ke Puskesmas Binusan, ada satu pasien tidak mau di swap kedua kali, karena hasil swap pertama saja belum pernah diperlihatkan. Mana hasil swap pasien yang pertama. Jadi satu pasien berkeras tidak ingin lagi diambil sampel swap kedua kali, sebelum diperlihatkan langsung hasil swap yang pertama yang dikatakan positif covid 19.
Pasien yang dikatakan positif covid 19, sama seperti orang lain terlihat sehat. Para pasien sendiri juga sering mencari referensi dengan membaca diinternet melalui para ahli, bahwa selama 14 hari setelah menjalani perawatan medis virus tersebut bakal hilang. Pasien di RSUD Nunukan ada yang telah dirawat lebih satu bulan, seperti pasien yang pertama terpapar covid 19 mau menjalani perawatan hampir dua bulan.
“Kami juga tidak tahan dirawat terlalu lama, bagaimana keluarga kami, pekerjaan pun terhambat semua. Keluarga kami mau makan apa,” ujarnya.
Menurutnya, covid 19 ini kemungkinan penularan terjadi pada saat di rusunawa. Jika dalam perjalan telah terjangkit virus, dipastikan keluarga dirumah ikut terjangkit. Karena pada saat awal tiba dari Makassar menggunakan Kapal Lambelu sempat melakukan isolasi mandiri, bahkan bersentuhan langsung dengan istri dan anak. Sampai saat ini istri dan anak dalam kondisi baik, bahkan dilakukan rapid tes sebanyak dua kali hasil negatif.
Sehingga pasien yang ada di RSUD Nunukan bertanya terus, ada apa dengan pemeriksaan pasien yang terkonfirmasi positif. Pada saat dilakulan karantina di rusunawa ada 49 orang, di rusunawa pada waktu itu ada yang dibebaskan sebanyak 6 orang warga dari Sebatik, karena dinyatakan sehat, padahal belum pernah diambil sampel swap. Selain itu, pada saat awal tiba di Nunukan pada 28 Maret lalu dari Makassar menggunakan kapal lambelu, kenapa hanya sebagian penumpang yang dipanggil untuk dikarantina di rusunawa penumpang yang lain kemana. Padahal ada ratusan penumpang yang turun pada waktu itu.
“Seharusnya pada saat turun dari kapal tidak dilakukan discreaning, waktu di Makassar pun dilakukan pemeriksaan kesehatan dinyatakan baik sehingga diberikan izin untuk berangkat pulang, malah yang ada positif itu para ABK kapal lambelu, keluarga kami pun tidak ada tertular covid 19, jika kami memang sudah terkena virus dari kapal, tapi buktinya keluarga kami alhamdulillah masih sehat semua,” tuturnya.
Sementara Direktur RSUD Nunukan, dr. Dulman mengatakan, untuk pasien telah ada yang dilakukan pemeriksaan swap berapa kali, bahkan ada 3 pasien yang dinyatakan negatif tetapi swap pertama. Untuk pasien dapat dinyatakan sembuh harus hasil swap sebanyak dua kali negatif. Pemeriksaan swap di Nunukan ini terkendala dengan waktu karena dilakukan terlalu lama. Jika ada alat PCR satu di Kaltara, tentu pemeriksaan pasien ini tidak terlalu sulit.
“Pasien tidak perlu lagi berlama-lama dirawat, mungkin pasien ini sudah sembuh, tapi karena bergaul lagi sesama pasien akhirnya kembali positif lagi,” kata dr. Dulman.
Menurutnya, ada pasien sejak dirawat pada 28 Maret dan masih ada sampai sekarang belum dinyatakan sembuh. Karena pemeriksaan swap memakan waktu yang cukup lama, pemeriksaan swap dua hari harus ada hasil. Tetapi di Nunukan ini cukup lama, pemeriksaan swap ini hanya dilakukan di Jakarta dan Surabaya.
“Untuk pasien diberikan obat khusus agar virus tidak menyebar dan obat meningkatkan daya tahan tubuh, setelah pengobatan baru dilakukan pemeriksaan swap ulang, semoga pasien cepat sembuh, karena tingkat stres pasien cukup tinggi karena terlalu lama dirawat, begitu juga untuk pemeriksaan swap telah dilakukan sesuai SOP yang ada,” ujarnya. (*)





