NUNUKAN – Seorang anak buah speed boat tujuan Nunukan – Sei Ular sedang koma di Rumah Sakit Tawau, Malaysia akibat tindakan kekerasan aparat Malaysia yang dilakukan di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia tepatnya di jalur Sei Ular menuju Sei Menggaris, Jumat 18/6/2021 sekira pukul 19.00 wita.
Tak terima atas tindakan aparat Malaysia, orangtua yang mengalami pukulan, Hj. Revi menyampaikan bahwa kejadian tersebut setelah kembali dari mengantar penumpang di Sei Ular, bukan membawa TKI. Namun jalur tersebut memang sebagian Malaysia sebagian lagi Indonesia yakni jalur perbatasan. Jika tidak menggunakan GPS tentu tak ada yang dapat mengetahui dimana batas negara.
“Speedboatnya mogok jadi sementara perbaikan dibawa hanyut arus sungai, kemungkinan masuk di wilayah Malaysia. Karena jalur Sei Ular sedikit saja itu adalah wilayah Malaysia, lalu datang speedboat aparat Malaysia mendekat. Namun saat mendekat tiba-tiba dilepaskan t, motoris langsung terjun karena ketakutan dan anak saya yang tinggal disitulah dipukul. Tembakan itu sebanyak 6 kali dilakukan,” kata Hj. Revi.
Ibu dari Gohan tak terima atas perlakuan aparat Malaysia. Jika melakukan pelanggaran mohon untuk diberikan teguran, bukan melakukan tindakan kekerasan. Apa lagi hanya bekerja sehari-hari membawa penumpang jalur Nunukan ke Sei Ular, Kekerasan hingga mengakibatkan tak sadar diri bahkan harus dilakukan operasi merupakan tindakan biadab dari aparat Malaysia, tidak memiliki prikemanusian terhadap warga negara Indonesia yang mencari rejeki di wilayah perbatasan. Tindakan tersebut melampau batas, apa lagi dalam speedboat tersebut tidak memiliki senjata tajam, tidak ada narkoba dan juga tidak ada yang melakukan perlawanan saat ditahan. Kejadian ini bukan pertama kali aparat Malaysia bertindak arogan, seharusnya berapa kali kejadian jangan dipukul atau ditembak cukup diusir ke wilayah Indonesia.
Menurutnya, banyak saksi yang melihat bahwa memang kejadian tersebut setelah pulang dari membawa penumpang. Bukan sedang membawa penumpang. Dalam speedboat tersebut hanya ada dua orang yakni motoris dan anak buah motoris. Jika melakukan pelanggaran batas negara silahkan usir segera, karena diwilayah tersebut ada dua pos yakni pos Malaysia dan Indonesia. Bukan malah memukuli hingga terjadi luka parah.
“Saya meminta pertanggungjawaban atas tindakan yang dilakukan kepada anak saya. Jangan aparat Malaysia seenaknya melakukan tindakan kekerasan tanpa melihat kesalahan apa yang dilakukan. Saya mohon kejadian ini segera bisa diselesaikan, saya minta yang pukul anak saya segera bertanggungjawab biarpun dia aparat Malaysia” tegasnya ibu ini.
Hingga berita ini diturunkan belum ada Konsulat Republik Indonesia (KRI) Tawau belum dapat memberikan komentar. Karena ingin berkoordinasi terlebih dahulu ke LO Polri yang ada di Tawau Malaysia.
“Kami koordinasi dulu ya pak dengan LO Polri,” singkat Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial & Budaya KRI Tawau, Malaysia, Emir Faisal. (*)